Skip to content Skip to left sidebar Skip to right sidebar Skip to footer

Author: Deni Efendi

Penghayat Yang Indah Pada Waktunya

Sabtu 16 September 2018, Pukul 19:00 WIB telah terlaksana dengan sukses Seminar dan Penyuluhan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Aliran Kebatinan “PERJALANAN” dengan tema “Penghayat yang indah pada waktunya” yang telah diselenggarakan oleh POKJA AKP dan generasi muda Aliran Kebatinan “PERJALANAN”.

Kegiatan seminar ini bertempat di gedung Pasewakan Kerta Tataning Hirup Linuwih, yang dihadiri oleh 120 peserta terdiri dari Dewan Musyawarah Pusat, Dewan Musyawarah Daerah Tingkat I – III, para pemuka penghayat, para pinisepuh dan Generasi Muda Aliran Kebatinan “PERJALANAN”.

Seminar bertemakan “Penghayat yang Indah pada Waktunya” akan mengundang beberapa stakeholder organisasi Aliran Kebatinan “PERJALANAN” terkait sebagai pembicara/narasumber. Diantaranya:

  1. Ija Sonjaya S.Pd.MM.Pd dengan materi “Ingin kawin ala-ala Penghayat? Kawin Kontrak? atau Kawin Lari?”
  2. Ade Witarsa S.Pd dengan materi “Jadi Penghayat takut sekolah? gadapet nilat? ga naik kelas?”
  3. Gayes Mahestu S. S., M.I.KOM dengan materi “Antara ada dan tiada, jadi Penghayat seperti makhluk gaib?”
  4. Asmat Susanto S.Pd.,MM dengan materi “Dikubur susah? Ngurus KTP ribet? Kawin gak jadi?”

Seminar ini diselenggarakan sebagai pembekalan kepada seluruh Warga Aliran Kebatinan “PERJALANAN” terutama generasi mudanya dalam hal eksistensinya sebagai seorang Penghayat Kepercayaan dalam pelaksanaan perundang-undangan terkait hak dan kewajibannya sebagai seorang Penghayat Kepercayaan khususnya dalam bidang pendidikan.

Waktu lebih banyak diberikan kepada peserta seminar untuk diskusi dan tanya jawab. Irfan sebagai moderator seminar membagi termen tanya jawab bagi peserta seminar pada tiap sesi pemaparan materi. Para peserta seminar antusias memberikan pertanyaan kepada para narasumber terkait materi yang disampaikan.

Asmat Susanto mengutarakan kebanggaannya atas suksesnya acara tersebut, “Saya sangat bangga dalam suksesnya acara ini, semoga dengan adanya seminar perdana ini dapat menjadi celah untuk para generasi muda dalam menjalankan karma dan darma nya sebagai penghayat kepercayaan, tidak takut lagi, tidak malu lagi, tidak minder lagi karena dalam segala hal perihal hak sudah hampir rampung di dukung oleh pemerintah, hanya tinggal kita melaksanakannya saja. Semoga acara seperti ini dapat diadakan dan diagendakan serta lebih ditingkatkan lagi, Semangat generasi muda, Harus bangga menjadi Penghayat Kepercayaan”

Sementara itu, pada bagian akhir seminar tim POKJA AKP menampilkan short video bertemakan “SAYA BANGGA MENJADI PENGHAYAT KEPERCAYAAN” berdurasi 7:30 menit. Dilanjutkan oleh renungan dan pembacaan sajak oleh teh Wiwin dan Bpk Andri Hernandi.

Kegiatan seminar berakhir pada pukul 23:10 WIB.

DOWNLOAD MATERI SEMINAR DISINI:

NARASUMBER MATERI DOWNLOAD
Ija Sonjaya S.Pd.MM.Pd Ingin kawin ala-ala Penghayat? Kawin kontrak? atau Kawi Lari? DOWNLOAD DISINI
Ade Witarsa S.Pd Jadi Penghayat takut sekolah? ga dapet nilai? ga naik kelas? DOWNLOAD DISINI
Gayes Mahestu S. S., M.I.KOM Antara ada dan tiada, jadi Penghayat seperti makhluk gaib DOWNLOAD DISINI
Asmat Susanto S.Pd.,MM Dikubur susah, ngurus KTP ribet, Kawin gak jadi? DOWNLOAD DISINI
Wiwin Rubianto Sajak Kami Indonesia, bangga menjadi Penghayat Kepercayaan DOWNLOAD DISINI


Ada apa di 16 September? Jangan sampai terlewatkan!

Dewan Musyawarah Pusat, para Penyuluh dan Generasi Muda yang tergabung dalam Tim Kelompok Kerja (POKJA) Aliran Kebatinan “PERJALANAN” yang dibentuk langsung oleh Ketua Umum Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan “PERJALANAN” menggagas seminar dan penyuluhan bertemakan “Penghayat Yang Indah Pada Waktunya” di Gedung Pasewakan Kerta Tataning Hirup Linuwih, Bandung, Ciparay, yang akan dilaksanakan pada hari Minggu (16/08/2018) pukul 19:00 – 22:00 WIB.

Kegiatan seminar ini di fokuskan pada Generasi Muda Aliran Kebatinan “PERJALANAN” seluruh Indonesia, dan juga sebagai pengganti acara rutin sebelumnya yaitu saresehan generasi muda setiap tanggal 16 September. Seminar tersebut bersifat free/gratis, para peserta tidak dipungut biaya apapun untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan seminar tersebut.

Seminar bertemakan “Penghayat yang Indah pada Waktunya” akan mengundang beberapa stakeholder organisasi Aliran Kebatinan “PERJALANAN” terkait sebagai pembicara/narasumber. Diantaranya:

  1. Bpk. Ija Sonjaya S.Pd.MM.Pd dengan materi “Ingin kawin ala-ala Penghayat? Kawin Kontrak? atau Kawin Lari?”
  2. Bpk. Ade Witarsa S.Pd dengan materi “Jadi Penghayat takut sekolah? gadapet nilat? ga naik kelas?”
  3. Ibu Gayes Mahestu S. S., M.I.KOM dengan materi “Antara ada dan tiada, jadi Penghayat seperti makhluk gaib?”
  4. Bpk. Asmat Susanto S.Pd.,MM dengan materi “Dikubur susah? Ngurus KTP ribet? Kawin gak jadi?”

Ketua Umum Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan “PERJALANAN”, Bpk. Andri Hernandi, menjelaskan, tujuan dilaksanakannya seminar ini “sebagai media informasi terkait perkembangan organisasi Aliran Kebatinan “PERJALANAN” dan juga sebagai pembekalan serta strategi dalam menghadapi permasalahan pribadinya sebagai Penghayat Kepercayaan terutama di bidang pendidikan, dimana warga dan generasi muda masih belum mengetahui serta kurangnya percaya diri untuk menunjukkan jati dirinya sebagai Penghayat Kepercayaan.

harapannya, kontribusi warga terutama generasi muda terhadap organisasi dapat lebih meningkat dan berkelanjutan” terang Bapak Andri Hernandi.

Koordinator Generasi Muda Penghayat Kepercayaan Asmat Susanto menambahkan, dengan adanya seminar tersebut, diharapkan segala bentuk informasi dan perkembangan organisasi dapat tersampaikan langsung kepada para peserta.

Penutupan Seminar ini akan menyaksikan film pendek karya tim POKJA AKP dan pembacaan sajak tentang Penghayat Yang Indah Pada Waktunya.

SISWA-SISWI ALIRAN KEPERCAYAAN BISA BERLEGA HATI KARENA PUNYA GURU

Metro Times (Surabaya) – Peningkatan kompetensi penyuluh kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME) tingkat terampil yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Direktorat Jenderal Kebudayaan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi di Hotel Grand Mercure Mirama, Surabaya, Senin (23/4).

Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud , Ir Drs Nono Adya Supriyatno MM. MT menyatakan, sesuai amanah UU No 13 Tahun 2013 tentang Pendidikan nasional dan PP 48 Tahun 2004 tentang pendidikan tidak boleh diskriminatif, hingga lahirnya Permendikbud No 27 tahun 2016, Kemendikbud kerjasama dengan Majelis Luhur Kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (MLKI).

Kemendibud dan MLKI membangun sinergi kepercayaan terhadap Tuhan YME agar anak –anak penganut penghayat kepercayaan bisa seperti siswa yang menganut agama lainnya. “Ini salah satu upaya dari sekian banyak usaha untuk menyusun buku pedoman guru dan siswa penghayat kepercayaan,” ucapnya.

Penyuluh atau guru penghayat kepercayaan dituntut punya kompetensi sesuai UU Ketenagakerajaan dan harus memenuhi persyaratan tertentu dan akan diberikan sertifikat.

“Mereka itu bukan guru abal-abal. Penganut penghayat kepercayaan di Indonesia mencapai 12 juta-an di Indonesia. Sedangkan siswa yang menganut kepercayaan sekitar 50.000 anak,” kata Nono Adya Supriyatno.

Menurutnya, pihaknya akan berusaha mendapatkan data yang lebih valid lagi tentang total penganut penghayat kepercayaan di Indonesia. Namun demikian, pemerintah akan melakukan layanan sesuai track-nya.

“UNBK untuk kepercayaan terhadap Tuhan YME sudah kami lakukan. Kedepan, sesuai amanah UU jelas bahwa semua warga negara Indonesia dapat pelayanan yang sama , tidak ada perbedaan ras, suku dan agama,” ucapnya.

Begitu pula dengan penerimaan pegawai negeri tidak lagi terjadi diskriminatif. Kepercayaan pada Tuhan YME itu ajaran, sebelum agama Samawi masuk ke Indonesia. Ajaran kebaikan sebagai bagian untuk menjalani kehidupan.
Ajaran asli dari Indonesia.

Untuk menambah tenaga penyuluh atau guru kepercayaan terhadap Tuhan YME, pada tahun 2017 lalu, penyuluh di Solo sebanyak 44 org. Dan bimbingan teknis (bimtek) uji kompetensi di Medan 50 orang, bimtek ahli di Yogya sebnayak 150 org. “Total penyuluh sebanyak 129 orang dan penyuluh ahli 50 orang. Harapannya, 1 penyuluh bisa melayani 18 siswa ( 1 : 18),” ungkap Nono Adya Supriyatno .

Sementara itu, Kasubdit Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi, Kemendikbud , Syamsul Hadi mengatakan, materi penyuluh kepercayaan terhadap Tuhan YME meliputi hubungan manusia dengan lingkungan, manusia dengan manusia, manusia dengan kemasyarakatan dan kebangsaan.

Selain itu, sejarah perkembangan kepercayaan Tuhan YME dan pesebarannya. Ditambah materi kebudayaan , martabat , seni karya dan kidung spiritual. Pusat kurikulum pendidikan dan kebudayaan pedagogi profesional dan sosial.

“Total yang mengikuti penyuluh kepercayaan terhadap Tuhan YME kali ini sebanyak 50 orang. Meliputi dari Jateng, Jatim, Sulbar, Sulut, Kalimantan dan lainnya. Narasumber adalah tokoh penghayat, akademisi dan lainnya,”. tukasnya.

Di tempat yang sama, Presidium Majelsi Luhru Kepercayaan Terehadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (MLKI) Andri Hernandi , mengungkapkan, peranan MKLI terhadap Permendikbud No 27 Tahun 2016 dalam pasal 2 ayat 3 itu, ada kontribusi dari MLKI. Kompetensi inti disusun MLKI terkait layanan pendidikan kepercayaan terhadap Tuhan YME.

Namun demikian, kata Andri, yang perlu dibangun adalah infrastruktur mulai pemetaan distribusi penghayat, peserta didik berapa banyak , inventarisasi data, pemetaan pendidik atau guru, dan dipetakan antara peserta didik dan gurunya.
Persoalanya, konsep guru aau penyuluh kepercayaan itu mengacu UU guru dan dosen. Oleh karenanya, hal itu harus ada pendidikannya. Sedangkan, guru pendidikan kepercayaan belum ada.

“Penyuluh dituntut punya kompetensi. Makanya, MLKI bekerjasama dengan Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME menyusun standard kompetensi khusus kepercayaan sesuai standar Kemenaker,” tukasnya. .
Diharapkan, akan bisa dibuatkan buku ajar untuk guru dan sekarang lagi proses buku ajar untuk siswa.

Nilai -nilai universal dari berbagai aliran kepercayaan diakomodasikan dan disajikan dalam satu buku pedoman yang sama. Ada cita cita penyuluh masuk pendidikan formal. Aliran yang masuk kepercayaan adalah Sapto Darmo di Jatim, aliran kebatinan perjalana di Jabar, Budidaya , Kapribaden, Sumarah, Kaweruh dan lainnya. “Hampir ada 188 aliran atau organsiasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME,” katanya.(nald)

Dilansir dari: https://metrotimes.news
Penulis: Ronald Tomasow
April 24, 2018

Falsafah Wayang

WAYANG adalah hasil budaya spiritual Bangsa Indonesia, berasal dari pulau Jawa, yang pada asal-mulanya menggunakan bahasa Kawi Bujangga sebagai bahasa pengantarnya. Kemudian bahasa pengantar ini mengalami perubahan sesuai perkembangan bahasa daerah, seperti di Jawa Barat menggunakan bahasa Sunda, di Jawa Timur dan Jawa Tengah menggunakan bahasa Jawa.

ISTILAH – Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Wayang diartikan sebagai boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dan sebagainya), biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang.

UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).[1]

Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul jauh sebelum kebudayaan Hindu masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada jaman Hindu-Jawa. Walaupun belum ada bukti tertulis yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu masuk ke Indoneisa. Namun, kegeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukkan wayang berasal dari Prasasti Balitung pada Abad ke 4 yang berbunyi si Galigi mawayang.[2]

NILAI FILOSOFI, ETIKA DAN ESTETIKA

  1. Nilai yang terkandung dalam Pewayangan yakni “nilai budaya” merupakan konsep mengenai apa yang hidup dalam pikiran masyarakat Indonesia, mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup.
  2. Filosofi yang terkandung dalam wayang tak ada habisnya, dunia perwayangan kaya sekali dengan lambang atau pasemon (petuah), bahkan hampir seluruh eksistensi wayang itu sendiri adalah pasemon.
  3. Etika sebagai ilmu yang mengajarkan manusia “bagaimana seharusnya hidup”, atau Plato memandangnya sebagai ilmu yang mengajar manusia “bagaimana manusia bijaksana hidup”, Hal ini sesuai dengan konsep etika menurut wayang yakni mendidik manusia ke arah tingkah laku yang sempurna, yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
  4. Keindahan atau estetika merupakan bagian dari sebuah filsafat, sebuah ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi. Batasan keindahan sulit dirumuskan. Karena keindahan itu abstrak, identik dengan kebenaran. Maka batas keindahan pada sesuatu yang indah, dan bukannya pada “keindahan sendiri”

Wayang termasuk karya seni dan budaya Indonesia yang adi luhung. Di samping bernilai filosofi yang dalam, wayang juga sebagai wahana atau alat pendidikan moral dan budi pekerti atau yang dikenal dengan etika. Dunia perwayangan memberi peluang bagi masyarakat Indonesia untuk melakukan suatu pengkajian filosofi dan mistis sekaligus (lahir dan batin). Di sisi lain, cerita wayang merupakan suatu jenis cerita didaktik yang di dalamnya memuat ajaran budi pekerti yang menyiratkan tentang perihal moral. Bahkan bidang moral merupakan anasir utama dalam pesan-pesan yang disampaikan cerita wayang.[3]

FILSAFAT DAN WAYANG – keduanya tidak dapat dipisahkan. Berbicara tentang wayang berarti kita berfilsafat. Wayang adalah filsafat budaya Indonesia. Karena wayang mengambil ajaran-ajarannya dari sumber sistem-sistem kepercayaan, wayang pun menawarkan berbagai macam filsafat hidup yang bersumber pada sistem-sistem kepercayaan tersebut, yang dari padanya dapat kita tarik suatu benang merah filsafat wayang.[3]

JENIS-JENIS WAYANG MENURUT BAHAN PEMBUATAN

  1. Wayang Kulit: Wayang Purwa – Wayang Madya – Wayang Gedog – Wayang Dupara – Wayang Wahyu – Wayang Suluh – Wayang Kancil – Wayang Calonarang – Wayang Krucil – Wayang Ajen – Wayang Sasak – Wayang Sadat – Wayang Parwa – Wayang Arja – Wayang Gambuh – Wayang Cupak – Wayang Beber.
  2. Wayang Bambu: Wayang Golek Langkung
  3. Wayang Kayu: Wayang Golek – Wayang Papak – Wayang Klithik – Wayang Timplong – Wayang Potehi – Wayang Ajen.
  4. Wayang Orang: Wayang Gung – Wayang Topeng.
  5. Wayang Plastik: Wayang Motekar.
  6. Wayang Rumput: Wayang Suket.

Kehadiran wayang tidak dapat dipisahkan dalam komunikasi. Sebab, di samping isinya menggambarkan tentang bagaimana seharusnya manusia bertingkah laku dalam rangka interaksi antar umat manusia, juga mengemban fungsi sebagai media komunikasi, yakni menjadi alat untuk menyampaikan pesan-pesan, utamanya yang berhubungan dengan bidang etik. Karena pesan-pesan etik senantiasa dikemukakan secara eksplisit, malah seringkali secara implisit tersirat dalam alur cerita, maka diperlukan penafsiran terhadap makna-makna simbolik yang tersirat. Untuk kepentingan komunikasi, dunia ideal itu dieksternalisasikan ke dalam dunia material, baik dalam bentuk perilaku verbal yang menghasilkan teks ataupun perilaku kinesik. Ditinjau dari idealisme, pergelaran wayang terkait dengan proses komunikasi, dimana pengetahuan dan kemauan yang berkenaan dengan etika dieksternalisasikan.[3]

Selain sebagai sebuah seni pertunjukan, Perwayangan juga memuat anasir pendidikan. Karena itu, dapat digunakan sebagai salah satu media dalam upaya untuk mengubah tingkah laku atau sikap seseorang dalam rangka mendewasakan manusia. Wayang juga merupakan momentum untuk menguatkan kepribadian dan kebudayaan bangsa yang terus bergerak, terkait pentingnya wayang dalam kehidupan budaya Indoneisa, Wayang harus tetap dilestarikan, diceritakan, diaplikasikan sebagai suatu hal yang penting dalam kehidupan masyarakatnya.

“Wayang tak pernah selesai ditulis. Wayang akan selalu ditafsir, ditulis ulang dan terus akan ditulis ulang. Sampai kelak, oleh kalian dan anak cucu kalian. Hanya IQ Melati yang menyangka bahwa Wayang telah silam.” – Sujiwo Tejo

Selengkapnya lihat di  [button text=”ENSIKLOPEDI WAYANG” link=”https://www.akp.or.id/ensiklopedi-wayang/” style=”inverse” size=”normal” target=”_self” display=”inline” icon=”no”]

 ———————————————————————————————————-
REFERENSI:
[1]
Wikipedia. (2004, Mei) Wikipedia Ensiklopedia Bebas. [Online]. https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Wayang&stable=1
[2]
Pandoe. (2016, Februari) Seni Budaya dan Kesenian. [Online]. http://pandoe.rumahseni2.net/sejarah-wayang-nusantara/
[3]
RM Yunani Prawiranegara, “Pemahaman Nilai Filosofi, Etika dan Estetika Dalam Wayang,” Makalah, Januari 2011.