Skip to content Skip to left sidebar Skip to right sidebar Skip to footer

News

Pawai Gelar Budaya dan Tradisi dalam HUT 143 Propinsi Banten

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa dan Tradisi, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang menyelenggarakan kegiatan Gelar Budaya Kepercayaan dan Tradisi. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 31 Maret sampai 03 April 2017 bersamaan dengan peringatan hari jadi Kabupaten Pandeglang ke-143. Dalam kegiatan ini juga melibatkan komunitas adat dan organisasi kepercayaan pada Pameran Budaya dan Pawai Budaya.

Persiapan kegiatan
Melakukan rapat persiapan kegiatan pawai budaya di DMD Propinsi Banten

Aliran Kebatinan Perjalanan mengisi Stand Pameran berukuran 5×5 meter untuk memamerkan produk budaya sebagai wahana informasi bagi masyarakat luas terkait dengan keragaman budaya khususnya di Organisasi Aliran Kebatinan Perjalanan.

Stand Pameran
Mengisi Stand Pameran Produk Budaya dari Aliran Kebatinan Perjalanan

Organisasi Aliran Kebatinan Perjalanan mengirimkan 5 orang untuk menjaga stand pameran yaitu Sunaryat (Ketua DMD Kab.Pandeglang), Ade, Ade Ghofur, Agus, dan Ayong.

Pawai Gelar Budaya
Pawai Gelar Budaya

Sementara itu juga, Organisasi Aliran Kebatinan Perjalanan mengirimkan 36 Orang untuk mengikuti Pawai Gelar Budaya, yaitu: Asep (Sekretaris DMD Kab. Pandeglang), Bukhori (Bendahara DMD Kab. Pandeglang), IG. Darya, Epi Sudirman, Saprudin, Guruh Soetopo, Thomas, Badat, Hendra, Catur Cahyono, Dana Maulana Kusuma, Dana Maulana Kusuma, Dana Maulana Kusuma, Aditia Septiawan, Agus Sukaryo, Ujang, Selamet, Cece Syamsudin, Yadi, Samsuri, Nurdin, Ma’mun, Maswardi, Nahrul, Saikah, Roni Sunarya, Ruslan Maulana, Endang Kelana, Endang, Masrudin, Sangsang, Abdul Rohman, Jasudin, Harmani, Ardiansyah, Andi Apendi, Selamet Riyadi, Purwanto.

Dialog Perempuan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan YME

Pada  hari Rabu s.d Jumat, tanggal 02 s.d 04 November 2016 bertempat Harris Hotel & Convention,   Jl. Bangka 8-18, Gubeng, Surabaya, Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan  Tradisi,  Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menyelenggarakan “Dialog  Perempuan Penghayat Kepercayaan terhadapTuhan Yang Maha Esa”.

Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 200 orang peserta yang berasal dari perempuan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dari 12 Provinsi di Indonesia, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata  Provinsi Jawa Timur, Balai Pelestarian Nilai Budaya, dan Akademisi. Kegiatan ini juga dimeriahkan oleh pameran karya budaya hasil dari kerajinan organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Stand Pameran Aliran Kebatinan Perjalanan
Stand Pameran Aliran Kebatinan Perjalanan

Organisasi Aliran Kebatinan Perjalanan diberikan fasilitas stand pameran oleh Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi untuk memamerkan hasil-hasil produk yang dibuat oleh warga Aliran Kebatinan Perjalanan.

bu-dir-dan-walikota
Asisten Daerah I Kota Surabaya (kerudung biru) dan Direktur Kepercayaan dan Tradisi (kerudung oranye) sedang melihat produk warga Aliran Kebatinan Perjalanan

Asisten Daerah I Kota Surabaya dan Direktur Kepercayaan dan Tradisi sedang melihat produk-produk yang dibuat oleh warga Aliran Kebatinan Perjalanan berupa asesoris anting-anting dibuat oleh warga kab. Bandung, gantungan kunci oleh warga kota Bekasi,  dan bunga hias oleh warga kab. Kediri.

foto-di-stand-perjalanan
Peserta Dialog Perempuan dari Aliran Kebatinan Perjalanan

Peserta Dialog Perempuan yang menjadi perwakilan dari Organisasi Aliran Kebatinan Perjalanan yaitu dari kiri-kanan: Eka Puspita, Eswit Tanumiharja, Sekartaji Kalsasiwi, Nanik Pramuji, Bustanti Karyami.

foto-bersama-bu-dir
Peserta Dialog berfoto bersama Ibu Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan YME

Peserta Dialog Perempuan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menyempatkan diri untuk berfoto bersama Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan YME. Semoga Dialog Perempuan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ini dapat mencerminkan Per-Empu-an yang mempunyai nilai luhur dari bangsa ini sebagai pengejewantahan Ibu Pertiwi. Rahayu…

Mengikuti Peringatan Acara Sumpah Pemuda ke-88 Kemendikbud

Aliran Kebatinan Perjalanan ikut berpartisipasi dalam rangka Memperingati sumpah pemuda yang ke-88 tahun, Kementerian pendidikan dan kebudayaan menyelenggarakan kegiatan  ” Merayakan Indonesia Raya , 88 tahun Lagu Kebangsaan ” bertempat di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya, Menteng, Jakarta.

menteri

Kegiatan ini dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy serta secara langsung diliput stasiun TVRI.   Rangkaian acara Peringatan Tersebut di buka dengan pemutaran film ” Pantja-Sila : Cita-cita , Realita (2016)

tio-paku-sadewo

Dalam Acara “Merayakan Indonesia Raya” di Taman Ismail marzuki, Jakarta. Aktor kawakan Tio Pakusadewo berperan sebagai Soekarno. Dalam pidato tersebut, Soekarno yang diperankan oleh Tio Pakusadewo berpesan “Kita sebagai Warga Indonesia mari Bersama-sama Melanjutkan Revolusi Perjuangan Bangsa ini”.

orkestra

Orkestra dan Paduan Suara  merdu Gita Bahana Nusantara yang dibina oleh Kemendikbud mengiringi para undangan yang datang dari berbagai lembaga , sekolah , serta anggota legislatif dari komisi I dan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI) menyayikan bersama lagu indonesia raya yang di pimpin oleh Musisi senior Purwacaraka.

sigit-aditya-biola

Penonton terhibur melihat pertunjukan biola dengan memainkan biola asli milik W.R Supratman oleh Sigit Aditya , yang dipakai untuk menyanyikan lagu indonesia raya untuk pertama kalinya.  Penonton juga diminta untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan 3 ketukan dan 3 stanza.

Indonesia Raya

Stanza 1
(versi resmi Pemerintah, ditetapkan dengan PP44/1958)

Indonesia Tanah Airku Tanah Tumpah Darahku
Disanalah Aku Berdiri Jadi Pandu Ibuku
Indonesia Kebangsaanku Bangsa Dan Tanah Airku
Marilah Kita Berseru Indonesia Bersatu
Hiduplah Tanahku Hiduplah Negeriku
Bangsaku Rakyatku Semuanya
Bangunlah Jiwanya Bangunlah Badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya Merdeka Merdeka
Tanahku Negeriku yang Kucinta
Indonesia Raya Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

Stanza 2
(tercakup PP 44/1958)

Indonesia Tanah Yang Mulia Tanah Kita Yang Kaya
Disanalah Aku Berdiri Untuk Slama-lamanya
Indonesia Tanah Pusaka Pusaka kita Semuanya
Marilah kita Mendoa Indonesia Bahagia
Suburlah Tanahnya Suburlah Jiwanya
Bangsanya Rakyatnya Semuanya
Sadarlah Hatinya Sadarlah Budinya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya Merdeka Merdeka
Tanahku Negeriku Ynag Kucinta
Indonesia Raya Merdeka Merdeka Hiduplah Indonesia Raya

Stanza 3

Indonesia Tanah Yang Suci Tanah Kita Yang Sakti
Disaanalah Aku Berdiri Menjaga Ibu Sejati
Indonesia Tanah Berseri Tanah Yang Aku Sayangi
Marilah Kita Berjanji Indonesia Abadi
Slamatkan Rakyatnya Slamatkan Puteranya
Pulaunya Lautnya Semuanya
Majulah Negerinya Majulah Pandunya Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya Merdeka Merdeka
Tanahku Negeriku Yang kucinta
Indonesia Raya Merdeka Merdeka Hiduplah Indonesia Raya

asmat-dan-jessica

Asmat Susanto dan Jesika Putry Natasya sebagai perwakilan dari organisasi Aliran Kebatinan Perjalanan untuk menghadiri acara peringatan sumpah pemuda yang ke-88

melihat

jessica

Jesika Putry Natasya salah satu generasi muda organisasi aliran kebatinan Perjalanan sedang menikmati foto dokumentasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Semoga “Kita sebagai Warga Indonesia mari bersama-sama melanjutkan revolusi perjuangan bangsa ini” seperti yang diamanatkan oleh Bapak  Proklamator kita, Ir. Soekarno.

Pasewakan

Pasewakan merupakan tempat/ruang para Penghayat Kepercayaan mengadakan pertemuan, serta digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan para Penghayat Kepercayaan seperti Kliwonan, acara Pangéling-éling, saresehan antar pengurus, warga dan prawarga Organisasi Penghayat Kepercayaan.

Pada Zaman kerajaan Majapahit, Pasewakan merupakan pertemuan tahunan para raja di bawah bendera Majapahit. Sedangkan dalam sebuah bangunan keraton Yogyakarta, Pasewakan diartikan sebagai bagian dari sebuah ruang bangunan yang disebut Bangsal Pengapit artinya tempat para senopati perang/manggalayudha mengadakan pertemuan, serta digunakan sebagai tempat menunggu perintah-perintah dari sultan.

Organisasi Aliran Kebatinan “PERJALANAN” memiliki beberapa pasewakan diantaranya:

  • Pasewakan Bina Budi Kinasihan. DKI Jakarta.
  • Pasewakan Kerta Tataning Hirup Linuwih. Ciparay, Jawa Barat (Pusat).
  • Pasewakan Hangudi Budi Utomo. Tulungagung, Jawa Timur.
  • Pasewakan Sasana Bina Budi Pakarti. Klaten, Jawa Tengah.
  • Pasewakan Runtut Raut Sauyunan. Kota Cimahi.
  • Pasewakan Marganing Rahayu. Kabupaten Ponorogo.
  • Pasewakan di Kabupaten Blitar.
  • Pasewakan di Kabupaten Kediri (Dalam proses pembangunan).
  • Pasewakan Budi Ciptaning Rasa. Kecamatan Jatiasih, Bekasi.
  • Pasewakan Bina Bakti Medal Sampurna. Kecamatan Jatisampurna, Bekasi.
  • Pasewakan Mustika Kartaning Rahayu. Kecamatan Mustikajaya, Bekasi.
  • Pasewakan di Kecamatan Cimenyan (Dalam proses pembangunan).
  • Pasewakan di Kecamatan Rancaekek.
  • Pasewakan Wiru Sajatining Rasa. Kecamatan Gunung Halu.
  • Pasewakan Wangun Sari Jati Mandiri. Kecamatan Parongpong.
  • Pasewakan Gapuraning Rahayu. Kecamatan Nanjung.
  • Pasewakan Mara Sabda. Kecamatan Ciwidey.

 

 FILOSOFI BANGUNAN~ Bentuk bangunan pasewakan dipengaruhi oleh:

  1. Pendekatan Geometrik, dikuasai oleh kekuatan sendiri (manusia);
  2. Pendekatan Geofisik, tergantung pada kekuatan alam lingkungan.

Kedua pendekatan tersebut mempunyai perannya masing-masing, situasi dan kondisi yang menjadikan salah satunya lebih kuat sehingga menimbulkan bentuk dan nama yang berbeda tiap pasewakan yang ada jika salah satu perannya lebih kuat. Bangunan Pasewakan merupakan kesatuan dari nilai seni dan nilai bangunan sehingga merupakan nilai tambah dari hasil karya budaya manusia yang dapat dijabarkan secara keilmuan.

Dilihat dari bentuk atau tampak semua bangunan pasewakan yang ada di Organisasi Aliran Kebatinan “PERJALANAN”, pasewakan termasuk dalam bangunan berbentuk joglo. Joglo merupakan gaya bangunan tradisional Jawa. Bentuk atapnya menyerupai gunungan, atap joglo seolah-olah patah menjadi tiga bagian yaitu: brunjung, penanggap dan panitih. Bangunan joglo dalam pemahaman Jawa merupakan cerminan sikap, wawasan serta tingkat ekonomi-sosio-kultular masyarakatnya.

Pada dasarnya joglo memiliki struktur utama pada bangunan adat jawa sering disebut sebagai “SOKO GURU”. Soko guru merupakan sebutan untuk tiang atau kolom yang berjumlah empat dan juga atap 4 belah sisi dengan sebuah bubungan di tengahnya. Soko guru berfungsi menahan beban diatasnya yaitu balok tumpang sari dan brunjung, molo, usuk, reng dan genteng. Soko guru berfungsi sebagai konstruksi pusat dari bangunan joglo. Itu dikarenakan letaknya di tengah–tengah bangunan tersebut.

Jenis-jenis bangunan joglo: Jompongan Pokok, Ceblokan, Kepuhan Limolasan, Lambangsari, Semar Tinandu, Kepuhan Lawakan, Kepuhan Awitan, Wantah Apitan, Sinom Apitan, Pengrawit Bangsal, Mangkurat Bangsal dan Hageng Pendopo.

Perbedaaan konsep dari bangunan joglo yang ada di pasewakan adalah tidak adanya pembagian ruang. Tidak seperti bangunan joglo biasanya yang memiliki pembagian ruang seperti: Teras, Pendopo, Pringgitan, Dalem Ageng, Krobongan, Gandhok, Pawon, Dapur dll. Hal tersebut dapat dilihat dari segi fungsi bangunan pasewakan, yang digunakan untuk pertemuan/mengadakan kegiatan. Jadi pada dasarnya, bangunan pasewakan memiliki ruang terbuka (sunda:lega) dengan denah persegi. Persepsi warga penghayat Aliran Kebatinan “PERJALANAN” melihat dari bentuk denah segi empat/persegi tersebut mempunyai banyak arti, masing-masing warga mengartikannya berbeda sesuai dengan yang mereka pelajari dan dari sudut pandang mana mereka melihat. Sebagai contoh denah persegi tersebut dapat diartikan Sedulur Papat Kalima Pancer, Mata Angin, Sederet empat, Unsur Hidup dll.

denah

Nilai ketuhanan yang digambarkan dalam konsep manunggaling kawula Gusti, tercermin pada estetika struktur kolom dengan diagonal tengah sebagai pusat. Pola susunan usuk memusat juga mengarah ke atas, demikian pula struktur atap susun tiga yang menggambarkan dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah. Lebih dari itu, bangunan pasewakan ini masih perlu dikaji secara ilmiah karena banyaknya struktur, bentuk serta filosofi yang ada belum tergali secara menyeluruh. Untuk itu, kiranya sangat penting menumbuhkan kecerdasan rasa dengan menggali estetika sebagai sumber nilai dalam upaya mangasah mangising budi (mencerdaskan perasaan) agar tanggap ing sasmita (responsif terhadap lingkungan). Dalam literatur Jawa disebutkan bahwa kecerdasan rasa melampaui batas terhadap kepekaan ke lima indera manusia, sehingga ia termasuk indera ke enam. Dalam tataran ini telah sampai pada tataran yang cerdas rasa.

Pendidikan nilai budaya yang mengorientasi ke cerdas rasa sangat potensial untuk menumbuhkan jiwa individu, bukan saja memiliki kepekaan terhadap lingkungannya (fisik dan sosial budaya), tetapi juga kemampuan imajinasi, serta menumbuhkan etika sopan santun serta jiwa seimbang, bahkan mampu mengembangkan sikap dan perilaku inovasi keratif. Estetika lokal yang dicontohkan pada bangunan pasewakan berbentuk joglo, yang merupakan realitas kolektif itu sepantasnya disejajarkan kedudukannya untuk mencerdaskan pandangan hidup masyarakat, dalam menyeimbangkan kecerdasan nalar dan rasa.

Video Pasewakan Aliran Kebatinan “PERJALANAN”: