Pada hari ini, mari kita renungkan kembali ajaran leluhur kita, yang memandang Bumi bukan sekadar tempat tinggal, tetapi sebagai Ibu Pertiwi yang menyayangi dan merawat kehidupan. Ibu Bumi memberi kita segala yang kita butuhkan, dari udara, air, tanah, hingga keanekaragaman hayati yang melimpah. Dalam ajaran leluhur, kita diajarkan untuk memayu hayuning bawana – menjaga keseimbangan alam semesta, merawat bumi dengan penuh kasih sayang, dan mengembalikan keharmonisan antara manusia dan alam. Hari ini bisa jadi pengingat untuk berjanji pada diri sendiri, bahwa kita akan menjaga dan melestarikan Ibu Bumi, dengan cara yang bijak, penuh tanggung jawab, dan penuh rasa syukur. Semoga kita bisa terus mengamalkan ajaran leluhur, agar bumi tetap lestari dan kehidupan di atasnya tetap sejahtera. Selamat Hari Bumi, semoga kita semua menjadi bagian dari pemelihara alam semesta!
Dengan penuh rasa duka yang mendalam, Kami keluarga besar Aliran Kebatinan “Perjalanan” mengucapkan belasungkawa yang tulus atas wafatnya:
Sri Paus Fransiskus Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik
Kami mengenang beliau sebagai sosok yang penuh kasih, membawa pesan perdamaian lintas iman, dan menjadi teladan dalam kesederhanaan, keberanian, dan cinta kasih terhadap sesama manusia.
Semoga beliau mendapatkan tempat terbaik dalam keabadian, dan semoga keluarga besar Gereja Katolik serta seluruh umat yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi masa berduka ini.
Hari ini, kita memperingati perjuangan seorang perempuan luar biasa—Raden Ajeng Kartini—yang telah menyalakan api emansipasi perempuan di tanah air. Semangatnya dalam memperjuangkan hak belajar, berpikir, dan berkarya bagi perempuan Indonesia terus hidup dalam setiap langkah maju yang kita ambil hari ini.
Kartini mengajarkan bahwa suara perempuan layak didengar, gagasan perempuan layak diperjuangkan, dan mimpi perempuan layak untuk terwujud.
Di zaman yang terus berubah ini, semangat Kartini bukan hanya tentang kesetaraan gender, tetapi juga tentang keberanian menjadi diri sendiri, kebebasan berkarya, dan kekuatan untuk memberi dampak positif—di rumah, di tempat kerja, maupun di masyarakat.
Mari kita teruskan perjuangan Kartini dengan cara kita masing-masing. Jadilah terang bagi sekitar, seperti Kartini yang menyalakan cahaya harapan dalam gelapnya keterbatasan.
Selamat Hari Kartini. Terus melangkah, terus menginspirasi.
Ponorogo, 19 April 2025 – Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan Perjalanan (AKP) menggelar Rapat Pleno di Ponorogo, Jawa Timur. Rapat ini menjadi Agenda utama setiap tahunnya untuk membahas Candra Sangkala dalam rangka peringatan Tanggap Warsa 1 Sura 1959 Saka sekaligus mempersiapkan peringatan Hari Ulang Tahun AKP ke-98.
Acara dihadiri oleh perwakilan pengurus dan warga dari lima provinsi: DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Barat. Rapat Pleno dibuka oleh Sekretaris Jenderal AKP, Heru Hustanto, dan dilanjutkan dengan hening cipta dipimpin oleh sesepuh AKP, Mbah Seno, sebagai penghormatan terhadap leluhur dan pendiri AKP.
Ketua Umum AKP, Ade Witarsa, dalam pandangan umumnya menyampaikan laporan capaian organisasi, termasuk terbitnya perubahan Akta Perubahan Organisasi dan pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM. Ia juga menyampaikan program ke depan, di antaranya penggalangan dana warga untuk program beasiswa pendidikan serta rencana pelaksanaan workshop tata kelola organisasi.
Ketua Umum juga menekankan pentingnya sinergi antara AKP di setiap wilayah dengan pemerintah setempat, seperti yang telah berhasil dijalankan di Bekasi. Hal ini menjadi bagian dari penguatan eksistensi AKP sebagai bagian dari kekayaan budaya dan spiritual bangsa.
Tepat pada pukul 10.30 WIB, acara inti dimulai dengan penyampaian usulan dan penjelasan Candra Sangkala dari masing-masing provinsi. Setelah proses musyawarah, forum menyepakati Candra Sangkala untuk 1 Sura 1959 Saka dengan Nomor Keputusan : 012/DMP/AKP/IV/2025 sebagai berikut:
PANGRUWATING YAKSO GAPURANING KAUTAMAN
9591
Makna Candra Sangkala ini merefleksikan arah perjalanan spiritual tahun tersebut:
Pangruwating: ajakan untuk melakukan ruwat, membersihkan lahir batin secara aktif.
Yakso: perlambang nafsu berlebih yang harus dikenali dan dilampaui, bukan dimusuhi.
Gapuraning: simbol gerbang menuju kebaikan, hasil dari proses pembersihan diri.
Kautaman: tujuan akhir, yakni kehidupan mulia, seimbang, dan penuh cinta kasih dalam kesadaran spiritual.
Candra Sangkala ini menjadi pijakan spiritual bersama dalam menghadapi perubahan zaman dengan kearifan luhur.
Tema besar yang diangkat dan disepakati dalam pleno ini adalah:“Meningkatkan Kualitas Diri dalam Menghadapi Perubahan dengan Berpegang Teguh pada Pancasila dan UUD 1945 sebagai Jati Diri Bangsa untuk Menuju 1 Abad Ak ‘Perjalanan’ dan Indonesia Emas
Dalam sesi lanjutan, dibahas pula peringatan Hari Ulang Tahun AKP ke-98. Tanggung jawab sebagai tuan rumah dan panitia pelaksana dipercayakan kepada Provinsi Jawa Barat.
Pleno ditutup dengan hening cipta oleh Mbah Seno, disusul pemberian cinderamata dari Provinsi Jawa Timur berupa kerajinan khas Ponorogo dan ikat kepala khas Jawa Timur yang dibagikan oleh Mbah Seno kepada seluruh warga yang hadir sebagai simbol persaudaraan dan penghargaan.