Skip to content Skip to left sidebar Skip to footer

Abimanyu

ABIMANYU

Nama-nama lain dari anak ARJUNA dan SUBADRA :

Angka wijaya, Jaya murcita, Jaka pangalasan, Kirit yatmaja, Parta suta, subadra raja, Wanu dara dan Wrabatanta. Ayah A BIMA NYU (Abimanyu) adalah ARJUNA, penengah dari PANDAWA dan cucu PRABU PANDU DEWA NATA, raja dari negeri ASTINA, Ibunya DEWI WARA SUBADRA, putri PRABU BASU DEWA raja negeri MATURA / MADURA / MANDURA.

ABIMANYU mempunyai istri 2 ( dua ) orang, masing-masing bernama :

  1. DEWI SITI SENDARI / SUNDARI, putri SRI KRESNA raja DWAKARA / DWARAWATI dan
  2. DEWI UTARI, putri PRABU MATAWAPATI raja Negara WIRATA

Mula-mula DEWI UTARI akan dianugerahkan kepada ARJUNA, karena jasanya menyelamatkan putra mahkota dan Negara WIRATA, tetapi ARJUNA memohon agar putri tersebut di kawinkan dengan putranya ABIMANYU setelah perkawinan terjadi, bertanyalah DEWI UTARI, apakah ABIMANYU masih jejaka. ( ABIMANYU pada waktu itu telah beristri DEWI SITI SENDARI ).

ABIMANYU memberikan jawabannya bahwa ia masih jejaka. Ia bersumpah kalau ia berdusta, ia rela mati hancur. Akhirnya DEWI UTARI mengetahui keadaan yang sebenarnya, sehingga keluarlah kutukannya yang menyatakan, bahwa ABIMANYU akan mati dengan badan hancur oleh senjata dalam perang BARATAYUDA. Dari perkawinan ini melahirkan seorang putra bernama PARIKESIT. ABIMANYU mempunyai tempat kedudukan ( Negara / ksatriaan ) PALANGKA WATI, setelah dapat mengalahkan PRABU JAYAMURCITA yang melamar DEWI SUBADRA.

Sejak dalam kandungan, ia telah mendapat “ WAHYU HIDAYAT “, yang mempunyai daya : mengerti dalam segala hal. Setelah dewasa, ia mendapat “ WAHYU CAKRANINGRAT “ suatu wahyu yang dapat menurunkan raja-raja besar. Dalam lakon JUWITANINGRAT, ia dapat menginsafkan kehilafan ayahnya ( ARJUNA ) yang mencintai DEWI REKSASI ( JUWITANINGRAT ) dengan DEWI JUWITANINGRAT, ARJUNA mempunyai seorang putra yang dinamainya BAMBANG SEMBOTO.

ABIMANYU beserta ibunya pada saat itu diasingkan, dengan mengganti namanya BAMBANG PANGALASAN. ABIMANYU dapat membunuh BAMBANG SEMBOTO dan mengembalikan wujud DEWI JUWITANINGRAT menjadi REKSASI kembali.

Dalam cerita ANTISURA, ABIMANYU pernah menduduki tahta kerajaan ASTINA. Dalam perang BARATAYUDA, perang besar antara keluarga PANDAWA dan KURAWA diceritakan, bahwa setelah senopati BISMA gugur di tetapkan RESI DURNA sebagai penggantinya. Siasat perang yang dilakukan adalah memecah belah keutuhan barisan PANDAWA. Pasuka ARJUNA dipancing untuk berperang disebslah utara, sedangkan barisan yang dipimpin BIMA digeser untuk bertempur di sebelah selatan, akibatnya pasukan induk PANDAWA menjadi sangat lemah. KURAWA kemudian menggempur pusat pasukan PANDAWA YANG DIPIMPIN OLEH pancawala ( putra Prabu DARMAKUSUMAH). ABIMANYU yang sedang ada di tempat DEWI UTARI setelah mendengar hancurnya barisan PANDAWA segera berangkat ke medan perang dengan menaiki kudanya. Dengan gagahnya, ia mengamuk dan mencerai beraikan barisan KURAWA menghujaninya dengan senjata, sehingga badannya hancur penuh dengan anak panah. LAKSMANA MANDRA KUMARA menghampirinya untuk menghabisi nyawa ABIMANYU, tetapi tertikam keris lawannya hingga mati. JAYADRATA segera mendesak dengan gajahnya untuk merebut mayat LAKSAMANA MANDRA KUMARA. ABIMANYU diinjak gajah itu dan kemudian di hantam dengan gada pusaka JAYADRATA yang bernama KYAI GUNGGANG sehingga pecah kepalanya ABIMANYU gugur. Dengan upacara yang bergelimang duka cita, akhirnya tubuh ABIMANYU dinaikkan ke pancanaka-pembakaran bersama-sama dengan DEWI SITI SENDARI istrinya yang bela pati atas gugurnya suami yang dicintai. Ia gugur seperti apa yang telah diucapkan DEWI UTARI.

Sebagaimana bentuk dan parasnya ABIMANYU mempunyai tabiat halus, baik tingkah lakunya, ucapnya terang, hatinya keras, mudah tersinggung, besar tanggung jawabnya, mudah patah hati, pemberani dan senang melatih diri serta batinnya, dengan mencari pengalaman hidup dalam pengembaraan dan bertapa. Dalam hal ini oleh keprajuritan ia mendapat ajaran dari ayahnya, ARJUNA dan dalam ilmu kebatinan mendapat bimbingan dari BEGAWAN ABIYASA, kakeknya.

Bentuk ( wadannya ) : SEDET, PADAASIH dan KANYUT.

ABIMANYU

ARJUNA SUBADRA

  1. JAYAMURCITA = Utamaning rasa /Perasaan/tenggang rasa
  2. ANGKA WIJAYA = Nilai luhur/Keutamaan/Kejayaan/Pitutur Luhur
  3. JAKA PANGALASAN = Orang yang menyampaikan hal-hal kebaikan/Kebenaran/Keutamaan
  4. WANU DARA = Terus menerus berbuat kebaikan/Kebenaran/Keutamaan
  5. WIRABATANTA = Pahlawan/Kusumaning Nagara

Dengan rasa perasaan yang tulus ( JAYAMURCITA ) hendaknya pitutur luhur ( ANGKA WIJAYA ) di sampaikan dengan baik dan benar ( JAKA PANGLASAN ) serta tiada hentinya secara terus menerus berkesinambungan melakukan hal-hal kebenaran / kebaikan ( WANU DARA ) agar kita semua dapat menjadi kembangnya bangsa dan Negara ( WIRABATANTA ). Kita ketahui bahwa yang menjadi kebanggan dan keinginan ARJUNA adalah seperti kakanya yakni BIMA, tentu saja dan wajar sekali kalau ARJUNA menginginkan anaknya mempunyai sifat / tabiat dan berprilaku seperti BIMA. Namun demikian anak turunan ARJUNA tidak bisa menjalankan sifat-sifat dan kelakuan yang dilakukan kakanya, BIMA seperti sifat JAYAMURCITA / ANGKA WIJAYA / JAKA PANGALASAN / WANU DARA / dan WIRABATANTA.

Hal ini terbukti pada waktu anak turunan ARJUNA melakukan SUMPAH BOHONG pada istrinya DEWI UTARI dan anak ARJUNA ini bermukim di PALANGKA WATI :

  • Palang = Malang / Penghalang / Terhalang
  • Ka, kala = Nafsu / Api / Penghancur / Cahaya / ilmu / Semangat
  • Wati = Perempuan / Istri / Pandai / Mampu

Dia ABIMANYU terhalang oleh sumpah bohong pada istrinya sekalipundan disebutlah anak ARJUNA tersebut ABIMANYU :

  • A = Tidak
  • BIMA = BIMA
  • NYU = Itu / Seperti

Tidak seperti BIMA, padahal ARJUNA sangat mengharapkan dan mendambakan anaknya seperti BIMA.